Peria memiliki banyak nama lokal, di daerah Jawa di sebut sebagai paria, pare, pare pahit, pepareh[4]. Di Sumatera, peria dikenal dengan nama prieu, fori, pepare, kambeh, paria.[4] Orang Nusa Tenggara menyebutnya paya, truwuk, paitap, paliak, pariak, pania, dan pepule, sedangkan diSulawesi, orang menyebutnya dengan poya, pudu, pentu, paria belenggede, serta palia.
Peria tumbuh merambat dengan membentuk sulur spiral
Peria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk isma. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua. Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning.Buahnya bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.
Buah peria disajikan sebagai masakan khas Asia dengan kombinasi rempah-rempah.
Kandungan Peria
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz),Energi 79 kJ (19 kcal),Karbohidrat 4,32 g
- Gula 95 g, Serat pangan2,0 g, Lemak 0,18 g, tak jenuh 0,014 g, tak jenuh tunggal 0,033 g, tak jenuh majemuk 0,078 g, Protein 0,84 g, Air 93.95 g,
Vitamin A equiv.6 μg (1%), Thiamine (Vit. B1), 0.051 mg (4%), Riboflavin (Vit. B2) 0.053 mg (4%),Niacin (Vit. B3)0.280 mg (2%),Vitamin B6 0.041 mg (3%), Folate (Vit. B9)51 μg (13%), Vitamin B12 0 μg (0%),Vitamin C 33.0 mg (55%), Vitamin E 0.14 mg (1%),Vitamin K 4.8 μg (5%),Calcium 9 mg (1%),
Iron 0.38 mg (3%), Magnesium 16 mg (4%), Phosphorus 36 mg (5%),
Potassium 319 mg (7%), Sodium 6 mg (0%), Zinc 0.77 mg (8%)
Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.
Source: Sumberdata Nutrisi USDA
Di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, danCina, peria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat pencahar dan perangsang muntah, bahkan telah diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal/jamu. Buahnya mengandung albuminoid, karbohidrat, dan pigmen. Daunnyamengandung momordisina, momordina, carantina, resin, dan minyak. Sementara itu, akarnya mengandung asam momordial dan asam oleanolat, sedangkan bijinyamengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial.Peria juga dapat merangsang nafsu makan,menyembuhkan penyakit kuning,memperlancar pencernaan, dan sebagai obat malaria. Selain itu, peria juga mengandung beta-karotena dua kali lebih besar daripada brokolisehingga berpotensi mampu mencegah timbulnya penyakit kanker dan mengurangi risiko terkena serangan jantung ataupun infeksi virus. Daun peria juga bermanfaat untuk menyembuhkan mencret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, menurunkan demam, mengeluarkan cacing kremi, serta dapat menyembuhkan batuk.Buahnya yang berasa pahit biasa diolah sebagai sayur, misalnya pada gado-gado, pecel,rendang, atau gulai.Di Cina peria diolah dengan tausi, tauco, daging sapi, dan cabai sehingga rasanya makin enak atau diisi dengan adonan daging dan tofu, sedangkan di Jepang peria jadi primadona makanan sehat karena diolah menjadi sup, tempura, atau asinan sayuran. Ekstrak biji peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat digunakan sebagai pembasmi larva alami yang merugikan seperti larva Aedes aegypti yang menyebarkan penyakitdemam berdarah dengue atau DBD.
Peria sebagai obat Diabetes
Ekstrak peria dikemas dalam bentuk kapsul sebagai obat herba
Sejak zaman purba peria digunakan untuk merawat penderita kencing manis karena terbukti berkhasiat hipoglikemik melaluiinsulin nabati yang mengurangi kandungan gula dalam darah dan air kencing. Penelitian mengenai khasiat hipoglikemik ini dilakukan oleh William D.Torres pada tahun 2004 baik secara in vitro maupun in vivo. Efek peria dalam menurunkan gula darah pada hewan percobaan bekerja dengan mencegah usus menyerap gula yang dimakan[9]. Selain itu diduga peria memiliki komponen yang menyerupaisulfonylurea, yakni obat antidiabetes paling tua . Obat jenis ini menstimulasi sel beta kelenjar pankreastubuh memproduksi insulin lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula glikogen di hati[9]. Momordisin, sejenis glukosida yang terkandung dalam peria juga mampu menurunkan kadar gula dalam darah dan membantu pankreas menghasilkan insulin.Efek peria dalam menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin. Penemuan peria sebagai antidiabetes ini diperkuat oleh hasil penelitian ahli obat berkebangsaan Inggris, A.Raman dan C.lau pada tahun 1996 yang menyatakan bahwa sari dan serbuk kering buah peria menyebabkan pengurangan kadar glukosa dalam darahdan meningkatkan toleransi glukosa. Dalam ramuan tradisional, buah peria ditumbuk hingga menghasilkan cairan pahit atau merebus daun serta buahnya sehingga menghasilkan air yang dapat diminum secara langsung. Sebagai obat diabetes, buah peria dapat disajikan sebagai teh karena terbukti tidak memiliki efek samping terhadap sistem pencernaan sehingga tepat dikonsumsi oleh penderita yang mengalami konstipasi.
Jenis-jenis Peria
Peria gajih adalah jenis peria yang paling banyak dibudidayakan dan paling disukai.Jenis ini biasa disebut juga pare putih atau pare mentega yang berasal dari India dan Afrika dengan bentuk buah panjang berukuran 30 - 50 cm, diameter 3 - 7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/ buah.
Peria hijau berbentuk lonjong, kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Buah peria ini mempunyai panjang 15 - 20 cm, rasanya pahit dan daging buahnya tipis. Peria hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para tanaman ini dapat tumbuh dengan baik.
Peria ular atau peria belut dapat dikenali dengan buahnya yang berbentuk bulat panjang, agak melengkung dan panjangnaya mencapai 60 cm. Permukaan kulit buahnya berwarna belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular dan rasa dagingnya tidak begitu pahit.