Untuk pertama kalinya, gel vagina terbukti efektif mencegah virus AIDS. Para ilmuwan menyebutnya sebagai terobosan yang selama ini dicari untuk membantu kaum perempuan, terutama yang pasangannya menolak menggunakan kondom.
Hasil penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan ini memang masih harus dibuktikan oleh riset lain, tetapi para ahli optimistis. “Kami ingin memberi harapan kepada kaum perempuan sebagai kelompok yang tertular HIV baru yang paling banyak,” kata Michel Sidibe, Direktur Eksekutif WHO untuk Program UNAIDS.
Gel vagina ini yang diberikan bersama dengan obat AIDS tenofoir mampu mengurangi risiko penularan HIV hingga 50 persen setelah dipakai selama satu tahun dan mengurangi risiko hingga 39 persen setelah digunakan selama 2,5 tahun.
Untuk bisa dipasarkan di Amerika Serikat, gel ini harus memberikan paling tidak 80 persen perlindungan. Namun, menurut Dr Anthony Fauci dari US National Institute of Health, apabila gel ini dipakai secara konsisten, mungkin efek proteksinya akan lebih besar. Mengingat dalam penelitian di Afrika Selatan ini tingkat kepatuhan para partisipan hanya 60 persen.
Keputusan tiap negara mengenai efek proteksi gel vagina ini mungkin berbeda. Di Afrika Selatan, yang satu dari tiga perempuannya terinfeksi HIV di usia 20 tahun, gel vagina ini akan mencegah 1,3 juta penularan dan 826.000 kematian dalam dua dekade mendatang.
Hasil penelitian mengenai gel vagina ini rencananya akan dipresentasikan dalam pertemuan internasional mengenai AIDS di Vienna pada minggu ini. “Sekarang kita memiliki produk yang sangat potensial mencegah epidemi dan menyelamatkan jutaan nyawa,” kata Dr Quarraisha Abdool Karim, ketua peneliti.